Unaware~


Siang itu cuacanya terik. Matahari sepertinya terlalu bersemangat memancarkan sinarnya. Hmm, seperti tiada hembusan angin. “Follback :) @IndahArumi”. Nindi shock ketika kalimat itu lewat di timelinenya. Siang itu pun menjadi sebuah awal.
-Keesokan harinya disekolah-
Nindi : Hei.. asik banget ya kayaknya yang baru ehem (sambil merangkulkan tangannya ke        pundak indah)
Indah : ah enggak kok, biasa aja. Emang ehem apanya sih? (bingung)
Nindi :  udah abaikan aja, eh gue boleh pinjem handphone lo gak ndah?
Indah : ya boleh dong, nih.
            “Gue nggak nyangka, Indah kan sahabat gue kenapa dia jadi gini?”Nindi terus bertanya dalam benaknya. Apa yang dilihatnya? Dika nge-dm Indah buat minta nomer handphonenya. Tidak lama, Nindi mengembalikan handphone-nya Indah dan langsung pergi.
Indah : (mengejar Nindi) eh nin, lo kenapa?
Nindi : (wajah pucat pasi) gapapa kok
Indah : Lo sakit?
Nindi : ah ndah, lo ada-ada aja. Buru-buru nih karna gue ingat ada project buat perpisahan nanti yang harus gue selesain.
Indah : oh oke, hati-hati ya nin (ragu)
Nindi : okesip.
            Nindi jalan menuju belakang sekolah, dia duduk sendirian disana.  Nindi kembali membuka akun twitternya “Pagi{} @IndahArumi”. Seketika teman-teman menghampirinya. Disana sudah ada Fika, Nada, Chaira, Putri, dan Zaya.
Fika : eh kesana yuk! Nindi kenapa ya?
Putri : mungkin dia..
Nada : udah ah ayuk, kebanyakan ngomong kapan nyusulnya (bergegas)
            Sesampai mereka disana-
Putri : nin, lo kenapa? Hm, lo udah tau tentang indah sama..
Nindi : yuk ke kantin, gue lapar nih (Nindi tau mereka mau ngomongin masalah itu)
            Sepulang sekolah Nindi ngeliat Indah dijemput sama Dika. Nindi meraba-raba kantong kemejanya dan lansung mengambil kunci motor kemudian bergegas pulang. Dijalan pulang- “Gue gak liat mereka tadi, gue gak liat, apasih nin! Yang udah-udah ya lo lupain aja. Udah hampir setengah tahun ini lo masih aja ingat-ingat Dika!”
            Beberapa hari setelah kejadian itu, Indah ulang tahun. Ve (organisasi persahabatan gitu) merencanakan surprisenya Indah dipantai.
-Hari ulang tahun Indah
            Disana Nindi dengan gitar putihnya memainkan lagu Happy Birthday. Kemudian datang seorang laki-laki memakai kaos putih dan dilapisi cardigan hitam. Dika membawa kue dan beberapa balon juga kado. “dia kan..”Nindi berhenti memainkan lagu. Ia sudah tidak fokus. “Nin, maaf gue sama chaira gak minta persetujuan lo dulu. Maaf nin, kita ngelakuin ini buat ngelengkapin surprisenya Indah juga” Zaya coba ngejelasin. “Iya, tanpa peduli salah satu bagian kalian terasingi dan hancur” sindir Nindi halus. “tapi Nin..” separuh kata, Nindi langsung menelfon supirnya dan bergegas pulang. Disana Indah terlihat bahagia dan sedang merayakannya bersama yang lain.
            Esoknya Ve mengajak untuk nonton pertandingan sepak bola sekolah kita melawan SMP lain. Sesampainya di Stadion harapan bangsa, Ve duduk dideretan ke-empat dari bawah. Nindi terlihat serius menonton pertandingan. Ya, menurutnya disana ada jagoan yang bertanding. Nomor punggung 7 dan nomor punggung 9. Mereka jagoan miliknya (dia menganggapnya seperti itu). Tapi bukan berarti yang lain tidak ada artinya. Babak satu dan dua pun telah berakhir. Kedua team masih belum ada yang nyetak sampai time over. Berakhir dibabak finalty, sekolah kita unggul 4 angka dan itu menjadi sebuah kebanggaan.
            Dapat kabar rupanya kapten udah punya pacar. Nindi (mantannya) spontan tidak percaya. “ Kenapa harus berbohong? Kenapa tidak mengatakan dari awal? Ini pahit”.  Nindi coba melupakan semuanya mulai sehari sesudah pertandingan.
            3 tahun telah berlalu. Tiba hari perpisahan.
Indah : Nin, gue tau gue salah gue minta ma.. (belum sempat mengatakan maaf, nindi memotong pembicaraan)
Nindi : eh ndah, yuk foto bareng Ve. Kapan lagi kita ketemu yakan.
Indah : oh iya ayuk (Nindi kenapa ya?tanya indah dalam hati)
Berat rasanya melepaskan seragam Biru Putih ini. Telah menyimpan banyak kenangan didalamnya. Dan berujung ikhlas.
            Ditengah salam-salaman dan berpelukan dengan teman seangkatan, Nindi menghilang ditengah acara. “Putri, maaf gue pergi mendadak. Gue harus adain test disekolah favorite yang biasa gue ceritakan sama kalian. Sorry greetings from me. Bye dear” Nindi nge-bm putri.
Putri : kemari kalian, liat nih apa yang nindi bilang ke gue
Fika : loh dia kenapa nggak kabari?
Nada : dia buru-buru ka, kita coba ngertiin dia aja ya.
Malam harinya saat Ve mengadakan acara perpisahan mereka kecil-kecilan dirumahnya Chaira, papanya Nindi menelfon Putri dan mengatakan Nindi kecelakaan diperjalanannya tadi siang. Sekarang Nindi sudah ada di rumah sakit Adam Malik. Malam itu Ve langsung bergegas menyusul Nindi dan yang menyetir adalah Dika.
Sesampai mereka di R.S.Adam Malik. Nindi tampak terbaring lemah. Kedua kakinya tidak bisa digerakan. “Nin, ini bunga dariku sama Dika” kata Indah. “eh lo? Ngapain kemari? Gue baik-baik aja kok. Kalian gak perlu kemari. Pa, antar mereka keluar” Nindi tampak kesal melihat mereka yang udah begini tetap aja gak ngerti perasaannya dia.
“Pak, kalo sampai sekarang kakinya Nindi belum bisa digerakan kita harus melakukan operasi”ujar dokter. “apa gak ada cara lain dok?”jawab mama Nindi. “ini yang terbaik”kata dokter lagi.
Ve dan keluarga Nindi telah menunggu diluar ruang operasi. Sedangkan dika duduk didekat kolam rumah sakit sambil memainkan hpnya. Dia kelihatan gugup. Tiba-tiba dokter keluar ruangan. “Gimana dok?” tanya kakaknya Nindi yang baru saja selesai ujian. “Pak, Nindi sebelumnya pernah sakit apa?” tanya dokter. “Nindi.. dia pernah sakit kepala dok.tapi saya lupa namanya apa”. “pantes tadi nindi meringis kepalanya kesakitan.Maaf pak, kami telah berusaha”jawab dokter. “maksudnya dok?” tanya papa nindi. “dia kekurangan darah, dan ketika suster sedang mencari donor darah, ia sepertinya tidak bisa bertahan. Kalian boleh masuk ke dalam” jawab dokter lagi.
            “Nindi!!” Ve terkejut melihat keadaannya. Darah disekujur baju operasinya. “segitu sajakah perjuangannya?” Nindi berbicara dengan sangat pelan dan kelihatan ia sedang lemas. “dika? Dia gak mau buat kamu tambah sakit. Ia memilih untuk menunggumu diluar” sahut Nada. “maaf” ujar Nindi. Dan ia tidak bisa bertahan. Semuanya sedang berduka, tapi tidak dika. Dika percaya jiwa Nindi masih hidup dan yang tidak terlihat hanya bayangnya. Nindi dikebumikan di dekat pohon yang berjarak tidak jauh dari pantai. Dari balik pohon itu, Nindi melihat Dika sering mengunjungi makamnya dan coba ngajak Nindi bicara. Saat Dika ingin berbicara tentang perasaannya..
            “Mamaaaa!! Kenapa bangunin sih?” Nindi berteriak kesal pada mamanya. “habisnya kamu tidur sambil bicara sendiri sih. Ntar juga kalo mama gak bangunin kamu kesiangan” alas an Mama. “ini mimpi buruk.gue gak mau itu terjadi.ending yang gantung”sebut Nindi didalam hati. Selanjutnya, ia menarik selimut dan tiduran sebentar lalu bergegas mandi dan menonton pertandingan sepak bola bersama Fi.e sebenarnya.s

Komentar

Postingan Populer