Prolog

     Aku kembali mengingat hari-hari beberapa bulan yang lalu. Dibayangkan dengan masa yang indah dimana siulan burung yang terngiang tak lagi sama, daun berguguran didepan kelas, canda-tawa tak terhenti, suka-duka, sampai kerja sama yang berjalan mulus. Masa-masa bodoh yang terlewatkan begitu saja. 

     Aku menatapi potretan wajah anak-anak kelas. Kutelusuri foto itu dengan jemariku,mereka semakin dewasa. Berbeda dengan foto dikelas tujuh lalu. Sikap mereka tak lagi sama. Suntuk seharian gak dengar ocehan yang nggak jelas. Sudah hampir sebulan aku merindukan hal-hal itu. Apalagi beberapa orang terdekatku. Salah satu dari mereka ada yang menjauh. Bodoh, yang menjauh inilah yang paling aku rindukan. Walaupun aku juga yang melepaskannya. 

     Hari ini pun tanpa kecuali. Gerimis membawa kembali masa-masa paling bodoh tersebut. Ada yang nangis seharian karna galau, ombak putus-nyambung, ada yang berduaan disudut kelas, kelompok depan yang suaranya menggelegar sampai kebelakang, hukuman yang diberikan guru, juga ada yang bolos sampai harus dijemput sama guru kesiswaan sekolah. Kuletakkan kembali foto itu dipajangan. Terlihat kusam dan berdebu. 

     Apakah mereka merasakan hal yang sama? apalagi saat aku dan kau mengerjakan tugas bersama, memakaikan gelang-gelangan karet di pergelangan tanganmu, selalu berpapasan tanpa ngobrol apalagi sekedar untuk menyapa, dan hal-hal yang biasa kita lakukan lainnya. Atau saat aku dan kalian merayakan ulang tahun bersama-sama, setiap yang nggak kebagian curhatan pada ngambek, pada drop kalo nilai anjlok. Namun kita berbeda, kita terlalu gampang melupakan hal yang sulit dilupakan orang lain ketika kita bersama. Misalnya, patah hati. Kita lebih mencari sesuatu yang bisa mematikan rasa itu, bukan menghibur sampai terus larut didalamnya. 

    Yang kita tahu "What past is past" semuanya bisa saja terulang tapi kau tahu? tak lagi sama.


Komentar

Postingan Populer