1095 days-4

Can someone tell me that i'll be okay? Even just for a little while?

Seperti berjalan tanpa beban pikiran hari ini. Sekalipun berpapasan, tidak ada yang aneh rasanya. Beberapa jam sebelum pulang sekolah.  ... "saya Sir kalau ada orang yang nyakiti hati saya, saya doakan yang baik-baik. Kaya dia". Dia melemparkan tatapannya padaku. "Apalagi salah aku?". Jawabku spontan dengan hati berdegup. "Pas itu. Kau gak berjilbab". Aneh memang kalau seorang muslimah tidak memakai apa yang seharusnya sudah jadi wajib. Walau tak jarang kita temui orang begitu. Bagaimanapun, hijab yang membedakan mana muslim dan tidak. Aku diam, gak tau cara jelasinnya. Waktu itu memang aku gak sengaja dan hari itu.. ada dia.

Selang hari-

Nov,15th

Hari yang super sibuk. Aku harus bersiap-siap ke sekolah dan sempatin diri buat sarapan. Walaupun akhirnya tetap gak sempat. Tapi hari ini, dia tidak kelihatan dimana-mana. Mungkin dia sakit, entahlah. Nanti malam bakal ada acara dan kelas kita jadi panitia. Gimana pun juga aku harus hadir. Udah pukul 8pm, dia masih gak nampak juga. Acara pun dimulai. Sepanjang acara yang aku bawakan, disela-sela waktuku aku selalu menyempatkan diri untuk melihat ke pintu. Tapi dia juga tidak ada disana. Gak bisa dibilang kecewa sih, karna aku dan dia bukan siapa-siapa. Aku udah gak berharap dia bakal ada disini lagi sekarang. Yang jelas untuk kali ini aja semoga dia benar-benar akan datang, jam berapapun itu.

Disela-sela aku nge-MC aku lihat ke ujung jendela, kalo diperhatikan dari belakang itu mirip dia. Dengan postur tubuh tinggi dan mengenakan dress-code hitam. Semoga itu dia. Selang waktu, acara pun berakhir. Sekarang saatnya makan dan tidur. Selesai acara dia berdiri tepat dibelakangku tetapi kami tidak saling berhadapan. Kemudian aku memalingkan tubuhku dan dia juga. Secara bersamaan, kami berada disatu tatapan sejajar. Hanya diam. Walaupun dingin angin malam sudah mulai terasa dimalam selarut ini.

Aku juga akan doakan dia yang baik-baik. Kalau memang dia yang ditunjukkan sebagai pengganti yang jauh lebih baik dari kamu, maka dekatkan-lah.

Hari-hariku berjalan seperti kehidupan orang normal lainnya. Mungkin cuma berbeda dipikiran. Aku memikirkan segala hal. Segala hal. Mulai dari tugas yang bertumpuk, teman-teman lama, orang tua, saudara perempuanku, sikapku, sampai ke dia yang sampai sekarang ini aku masih gak ngerti perasaan aku dan dia itu bagaimana. Walaupun setiap pertemuan kami berakhir dengan kecanggungan, tapi tak jarang kami ngobrol seperti dia dan teman wanitanya yang lain. Dia adalah sosok lelaki yang baik hati dan pintar. Dia seorang lelaki yang soleh dan jago bermain bola. Bahkan dia seorang lelaki yang tahu bagaimana harus bersikap professional. Dia adalah laki-laki yang dalam satu detik bisa membuatku lupa dengan segala hal tentang aku dan kamu dulu. Entah kenapa aku sulit mengartikan senyumnya. Dia orang yang ramah, aku tidak pernah melihat dia marah. Aku suka cara dia memperhatikan guru pembimbing menjelaskan dan bagaimana cara ia menguasai soal-soal rumit itu. Aku suka raut mukanya yang kelelahan setiap selesai futsal dengan keringat yang mengalir dari ujung rambutnya. Aku suka segala hal tentang dia, tanpa dia tahu. Tapi untuk belakangan hari ini aku jarang dapat melihat kehadirannya. Laki-laki yang rendah hati itu seringkali sibuk dengan tugas.

Namun hari ini, dia datang kembali dan menggenggam tanganku.

Selasa, ypsa-

Cuaca terik sepanjang hari membuat rasa kantukku semakin hebat. Aku merasa pusing mungkin karena seharian ini belum makan. Selanjutnya, aku masuk ke kelas dan mengerjakan latihan seperti biasanya. Aku yakin hari ini dia pasti gak masuk lagi, dia rapat dan sibuk sekali. Tak jarang memang dia tidak masuk kelas seperti hari ini. Tapi aku merindukan suasana dimana aku dan dia bisa berada dijarak yang paling dekat. Waktu tinggal setengah jam lagi dan aku hanya duduk mendengarkan penjelasan. Tiba-tiba dari ujung pintu kelas, dia berjalan masuk dan ketua osis mengumumkan tentang pengutipan dana. Aku sibuk dengan memainkan game sampai-sampai tidak mengerti maksud dari apa yang udah dijelaskan sama ketua osis barusan. Dia datang mendekat dan meraih tanganku "gak ngerti?seriuslah". Aku diam dan tersenyum kecil "Ngerti kok."

I've found that perfect guy.

Dia adalah seorang pria yang sempurna. Tubuh jangkung, tampan, pintar dan baik hati. Namun hari ini aku mulai sadar. Semua hal yang ia lakukan padaku adalah hal biasa. Karna aku suka dia, aku menganggap ini semua lebih. Aku gak pernah tau gimana sikap dia ke gadis-gadis lain. Tapi mungkin memang iya.

Aku memegang handphone-ku. Memperhatikan timeline dan..ini dia. Teman lama. Tertera caption yang ada dipost-nya "second family". Gak salah untuk beberapa hari ini aku membiarkan nama-nama mereka sengaja ku hapus dari contact. Ya simple saja, berarti aku bukan bagian dari keluarga walaupun aku udah nganggap mereka keluargaku. Aku cuma bagian dari teman masa sekolah menengah pertama mereka. Lagian mereka juga gak butuh alasannya.

Sulit berada dikeadaan yang dimana kita harus jatuh-bangun dengan sakit. Benar-benar menjalani hidup baru bersama jutaan orang asing yang ada di kota ini. Benar-benar baru menyadari mana teman yang sejalan dan tidak. Dan akhirnya ya ini, belum ada yang pantas dikatakan sahabat.

Best friend is someone who still wants you in their life even they know who you really are. Bukan seseorang yang egois. Dalam artian ketika mereka tidak ada disaat kau senang sekalipun sedih, tapi kau harus ada pas mereka sedih aja lalu mereka berbagi kebahagiaannya dengan yang lain. Seseorang yang mengenalmu persis sampai-sampai berat untuk melepasmu bermil jauhnya. Aku bukan orang baik. Aku akui dan itu memang maunya kalian kan? Iya, jujur aja aku bukan orang baik. Aku munafik. Aku berbohong soal perasaanku demi orang yang sekarang memang sahabatku. Aku berbohong ketika harus menahan rasa sakit kepalaku demi membantu mereka menyelesaikan tugas. Aku berbohong soal aku membenci siapa saja yang selama ini aku anggap sahabat. Aku munafik dalam banyak hal. Dan aku percaya kalian orang baik. Tapi jalan yang lebih baik adalah menerima perubahan, harus siap dengan itu. Karna sejauh apapun jaraknya, sebeda apapun sikap, mau terletak dibelahan dunia manapun yang kamu butuhkan adalah pulang kerumah, istirahat.

Komentar

Postingan Populer